Jumat, 15 Mei 2009

Ikhwan GANTENG, Partner Sejati Akhwat?


Alangkah indahnya Islam. Kedudukan manusia dinilai dari ketaqwaannya, bukan dari gendernya. Ini adalah strata terbuka sehingga siapa saja berpeluang untuk memasuki strata taqwa.

Ikhwan dan akhwat adalah dua makhluk Allah Subhanahu wa Ta’ala yang berbeda. Ikhwan, sebagaimana ia, memang diciptakan lebih dominan rasionalitasnya karena ia adalah pemimpin bagi kaum hawa. Akhwat, sebagaimana ia, memang diciptakan lebih dominan sensitivitas perasaannya karena ia akan menjadi ibu dari anak-anaknya.

“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan mereka taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. 9: 71)

Di lapangan, ikhwan dan akhwat harus menjaga hijab satu sama lain, namun tentu bukan berarti harus memutuskan hubungan, karena dalam da’wah, ikhwan dan akhwat adalah seperti satu bangunan yang kokoh, yang sebagian mereka menjadi penolong bagi sebagian yang lain.

Belakangan ini menjadi sebuah fenomena baru di berbagai LDK kampus tentang sedikit ‘konfrontasi’ ikhwan dengan akhwat. Tepatnya, tentang kurang cepat tanggapnya da’wah para ikhwan yang notabene adalah partner da’wah dari akhwat.

Patut menjadi catatan, mengapa ADK akhwat selalu lebih banyak dari ADK ikhwan. Walau belum ada penelitian, tetapi bila melihat data kader, pun data massa dimana jumlah akhwat selalu dua sampai tiga kali lipat lebih banyak dibandingkan ikhwan, maka dapat diindikasikan bahwa ghirah, militansi dan keagresifan berda’wah akhwat, lebih unggul. Meski memang hidayah itu dari Allah Subhanahu wa Ta’ala, namun tentu kita tak dapat mengabaikan proses ikhtiar.

Akhwat Militan, Perkasa dan Mandiri? Sejak kapankah adanya istilah Akhwat militan, perkasa dan mandiri ini? Berdasarkan dialog-dialog yang penulis telaah di lapangan, dan di beberapa LDK, ternyata hampir semua akhwat memiliki permasalahan yang sama, yaitu tentang kurang cepat tanggapnya ikhwan dalam menghadapi tribulasi da’wah. Bahkan ada sebuah rohis yang memang secara turun temurun, kader-kader akhwatnya terbiasa mandiri dan militan. Mengapa? Karena sebagian besar ikhwan dianggap kurang bisa diandalkan. Dan ada pula sebuah masjid kampus di Indonesia yang hampir semua agenda da’wahnya digerakkan oleh para akhwat. Entah hilang kemanakah para ikhwan.

Akibat seringnya menghadapi ikhwan semacam ini, yang mungkin karena sangat gemasnya, penulis pernah mendengar doa seorang akhwat, “Ya Allah…, semoga nanti kalau punya suami, jangan yang seperti itu… (tidak cepat tanggap–red),” ujarnya sedih. Nah!

Ikhwan GANTENG
Lantas bagaimanakah seharusnya ikhwan selaku partner da’wah akhwat? Setidaknya ada tujuh point yang patut kita jadikan catatan dan tanamkan dalam kaderisasi pembinaan ADK, yaitu GANTENG (Gesit, Atensi, No reason, Tanggap, Empati, Nahkoda, Gentle). Beberapa kisah tentang ikhwan yang tidak GANTENG, akan dipaparkan pula di bawah ini.

(G) Gesit dalam da’wah
Da’wah selalu berubah dan membutuhkan kegesitan atau gerak cepat dari para aktivisnya. Ada sebuah kisah tentang poin ini. Dua orang akhwat menyampaikan pesan kepada si fulan agar memanggil ikhwan B dari masjid untuk rapat mendesak. Sudah bisa ditebak…, tunggu punya tunggu…, ikhwan B tak kunjung keluar dari masjid. Para akhwat menjadi gemas dan menyampaikan pesan lagi agar si fulan memanggil ikhwan C saja. Mengapa? Karena ikhwan C ini memang dikenal gesit dalam berda’wah. Benar saja, tak sampai 30 detik, ikhwan C segera keluar dari masjid dan menemui para akhwat. Mobilitas yang tinggi.

(A) Atensi pada jundi
Perhatian di sini adalah perhatian ukhuwah secara umum. Contoh kisah bahwa ikhwan kurang dalam atensi adalah ketika ada rombongan ikhwan dan akhwat sedang melakukan perjalanan bersama dengan berjalan kaki. Para ikhwan berjalan di depan dengan tanpa melihat keadaan akhwat sedikitpun, hingga mereka menghilang di tikungan jalan. Para akhwat kelimpungan.., nih ikhwan pada kemana? “Duh.., ikhwan ngga’ liat-liat ke belakang apa ya?” Ternyata para ikhwan berjalan jauh di depan, meninggalkan para akhwat yang sudah kelelahan.

(N) No reason, demi menolong
Kerap kali, para akhwat meminta bantuan ikhwan karena ada hal-hal yang tidak bisa dilakukan oleh akhwat. Tidak banyak beralasan dalam menolong adalah poin ketiga yang harus dimiliki oleh aktivis. Contoh kisah kurangnya sifat menolong adalah saat ada acara buka puasa bersama anak yatim. Panitia sibuk mempersiapkannya. Untuk divisi akhwat, membantu antar departemen dan antar sie adalah hal yang sudah seharusnya dilakukan. Para akhwat ini kemudian meminta tolong seorang ikhwan untuk memasang spanduk. “Afwan ya…, amanah ane di panitia kan cuma mindahin karpet ini…,” jawab sang ikhwan sambil berlalu begitu saja karena menganggap tugas itu bukanlah amanahnya.

(T) Tanggap dengan masalah
Permasalahan da’wah di lapangan semakin kompleks, sehingga membutuhkan aktivis yang tanggap dan bisa membaca situasi. Sebuah kisah, adanya muslimah yang akan murtad akibat kristenisasi di sebuah kampus. Aktivis akhwat yang mengetahui hal ini, menceritakannya pada seorang ikhwan yang ternyata adalah qiyadahnya. Sang ikhwan ini dengan tanggap segera merespon dan menghubungi ikhwan yang lainnya untuk melakukan tindakan pencegahan pemurtadan.

Kisah di atas, tentu contoh ikhwan yang tanggap. Lain halnya dengan kisah ini. Di sebuah perjalanan, para akhwat memiliki hajat untuk mengunjungi sebuah lokasi. Mereka kemudian menyampaikannya kepada ikhwan yang notabene adalah sang qiyadah. Sambil mengangguk-angguk, sang ikhwan menjawab, “Mmmm….” “Lho… terus gimana? Kok cuma “mmmmm”…” tanya para akhwat bingung. Sama sekali tidak ada reaksi dari sang ikhwan. “Aduh… gimana sih….” Para akhwat menjadi senewen.

(E) Empati
Merasakan apa yang dirasakan oleh jundi. Kegelisahan para akhwat ini seringkali tercermin dari wajah, dan lebih jelas lagi adalah dari kata-kata. Maka sebaiknya para ikhwan ini mampu menangkap kegelisahan jundi-jundinya dan segera memberikan solusi.

Contoh kisah tentang kurang empatinya ikhwan adalah dalam sebuah perjalanan luar kota dengan menaiki bis. Saat telah tiba di tempat, ikhwan-akhwat yang berjumlah lima belas orang ini segera turun dari bis. Dan bis itu melaju kembali. Para akhwat sesaat saling berpandangan karena baru menyadari bahwa mereka kekurangan satu personel akhwat, alias, tertinggal di bis! Sontak saja para akhwat ini dengan panik, berlari dan mengejar bis. Tetapi tidak demikian halnya dengan ikhwan, mereka hanya berdiri di tempat dan dengan tenang berkata, “Nanti juga balik lagi akhwatnya.”

(N) Nahkoda yang handal
Laki-laki adalah pemimpin bagi kaum wanita. Ia adalah nahkoda kapal. Lantas bagaimanakah bila sang nahkoda tak bergerak? Alkisah, tentang baru terbentuknya kepengurusan rohis. Tunggu punya tunggu…, hari berganti hari, minggu berganti minggu, ternyata para ikhwan yang notanebe adalah para ketua departemen, tak kunjung menghubungi akhwat. Akhirnya, karena sudah “gatal” ingin segera gerak cepat beraksi dalam da’wah, para akhwat berinisiatif untuk “menggedor” ikhwan, menghubungi dan menanyakan kapan akan diadakan rapat rutin koordinasi.

(G) Gentle
Bersikap jantan atau gentle, sudah seharusnya dimiliki oleh kaum Adam, apatah lagi aktivis. Tentu sebagai Jundullah (Tentara Allah) keberaniannya adalah di atas rata-rata manusia pada umumnya. Namun tidak tercermin demikian pada kisah ini. Sebuah kisah perjalanan rihlah. Rombongan ikhwan dan akhwat ada dalam satu bis. Ikhwan di depan dan akhwat di belakang. Beberapa akhwat sudah setengah mengantuk dalam perjalanan. Tiba-tiba bis berhenti dan mengeluarkan asap. Para ikhwan segera berhamburan keluar dari bis. Tinggallah para akhwat di dalam bis yang kelimpungan. “Ada apa nih?” tanya para akhwat. Saat para akhwat menyadari adanya asap, barulah mereka ikut berhamburan keluar. “Kok ikhwan ninggalin gitu aja…” ujar seorang akhwat dengan kecewa.

Penutup
Fenomena ketidak-GANTENG-an ikhwan ini, akan dapat berpengaruh pada kinerja da’wah. Ikhwan dan akhwat adalah partner da’wah yang senantiasa harus saling berkoordinasi. Masing-masing ikhwan dan akhwat memang mempunyai kesibukannya sendiri, namun ikhwan dilebihkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, yaitu sebagai pemimpin. Sehingga wajar saja bila yang dipimpin terkadang mengandalkan dan mengharapkan sang qawwam ini bisa jauh lebih gesit dalam berda’wah (G), perhatian kepada jundinya (A), tidak banyak alasan dalam menolong (N), tanggap dalam masalah (T), empati pada jundi (E), menjadi nahkoda yang handal (N) dan mampu memberikan perlindungan (G). Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman, "Kaum laki-laki adalah pemimpin (qawwam) bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (wanita)..." (QS. An-Nisa':34).

Kita harapkan, semoga semakin banyak lagi ikhwan-ikhwan GANTENG yang menjadi qiyadah sekaligus partner akhwat. Senantiasa berkoordinasi. Ukhuwah di dunia, dan di akhirat. Amiin. []

PS : Ayo kita budidayakan (memangnya ternak???) ikhwan GANTENG ini. Dan pada pembahasan selanjutnya, dapat dikupas tentang akhwat CANTIK. Nah, untuk ini, biarkan ikhwan yang menulis ^_^.

klo mw tw lebih banyak coba ke
http://www.bengkelrohani.com/articles.php?lng=in&pg=297

Selasa, 05 Mei 2009

OST Conan

Walau masa berganti
Dan tahun pun berlalu
Namun di dalam hati
Ku akan tetap maju

Walau rintangan menghadang
Masalah kuhadapi
Semua akan kuterjang
Hadapi dunia ini

Rap:
Walapun sekarang aku terperangkap dalam tubuh kecilku
Tapi aku tak akan pernah takut
Dan aku tak akan pernah mundur
Walaupun semua orang cuma mengerti
Yang kutahu, cuma satu alasan yang pasti

Ingin kucoba skali lagi
Walau itu tak pasti
Kan tetap kujalani
Penuh percaya diri

Saat sesuatu menjadi
Sebuah teka-teki
Kan tetap kulaui
Tuk mengungkap misteri

Ingin kucoba skali lagi
Walau itu tak pasti
Kan tetap kujalani
Dan kupercaya diri

Saat sesuatu menjadi
Sebuah teka-teki
Kan tetap kulaui
Tuk mengungkap misteri

PLEASE CALL OUR MASJID "MASJID"! Not "MOSQUE"!!!

Assalamu ‘Alaikum, ini adalah informasi yang sangat berharga. Bacalah informasi ini dan sampaikan kepada semua kaum Muslim, sebanyak yang kita bisa. Informasi ini merupakan suatu hal yang sangat vital dan penting. Kaum muslim seharusnya mulai saat ini tidak lagi menggunakan istilah “ Mosque ”. Saya menemukan informasi ini dari buku yang berjudul “THE COMPLETE IDIOT’S GUIDE TO UNDERSTANDING ISLAM”. Salah satu informasi tersebut berhubungan dengan istilah “ Mosque ”. Sebagian besar orang berpikir bahwa “ Mosque ” adalah terjemahan bahasa Inggris dari istilah “Masjid”. Saya yakin, tak seorangpun di antara kita pernah memikirkan bahwa istilah “ Mosque ” mempunyai makna yang sangat tidak sebanding dengan apa yang biasa disebut sebagai “Masjid”. (Saat kita belum dewasa dulu mungkin berpikir bahwa “ Mosque ” adalah terjemahan dari “Masjid”. Pikiran kita pada saat itu kurang kritis dan analitis, sehingga kita tidak berani menanyakan makna istilah “ Mosque ” kepada guru-guru kita.)
Bagaimanapun, buku ini menunjukkan bahwa istilah “ Mosque ” diperoleh dari kata dalam bahasa Spanyol, yaitu " Mosquito " yang berarti "Nyamuk". Dinamakan seperti itu karena saat Perang Salib terjadi, Raja Ferdinand berkata bahwa mereka akan berangkat dan membasmi Muslim " like mosquitoes " ("seperti nyamuk-nyamuk"). (Dimana lagi mereka dapat temukan muslim dalam jumlah yang cukup besar untuk dibasmi jika bukan di Masjid?).
Lalu tanpa rasa sungkan mereka menyebut "Masjid" sebagai " Mosque ".
Jadi saudara-saudara seiman, hindarilah penggunaan kata yang dengan jelas menunjukkan tamparan kemuakan ke wajah umat Muslim. Beritahukanlah saudara-saudara kita tentang sejarah dan etimologi (ilmu asal kata) tentang kata ini. Dan marilah kita ganti kata itu dengan kata yang memiliki makna yang seharusnya. Masjid adalah Tempat untuk Bersujud!. Semantara Mosque berarti tempat pembasmian!. Jadi, Mosque tidak mempunyai makna yang sama dengan Masjid.

Jumat, 01 Mei 2009

Dari facebook,yuk pindah ke muxlim.com

Virus' situs jejaring sosial memang sedang mewabah di hampir seluruh penjuru dunia. Jika kini masyarakat Indonesia tengah dilanda demam Facebook, umat Muslim di negara-negara Islam justru menggemari Muxlim. Situs gaya hidup komunitas Muslim ini tak kalah hebat dibandingkan Facebook, Friendster, dan MySpace.

Situs jejaring sosial khusus komunitas Muslim itu kali pertama diluncurkan pada 2006. Muxlim Inc yang didirikan Mohamed El-Fatatry dan Pietari Paivenen--dua entrepreneur yang berbasis di Finlandia--itu telah meraih kesuksesan. BBC menabalkan Muxlim sebagai salah satu situs jejaring sosial yang tumbuh paling cepat di dunia.

Tak cuma itu, situs gaya hidup komunitas Muslim ini juga diakses puluhan juta pengunjung setiap tahun. Tak heran, jika Muxlim pun dinobatkan sebagai salah satu finalis Red Herring 100. Pada 2008, surat kabar terkemuka di Finlandia Helsingin Sanomat memasukkan Muxlim Inc dalam 100 perusahaan tersukses di negara itu.

Majalah teknologi terkemuka di Amerika Serikat (AS) menobatkan Muxlim sebagai salah satu best tech start-ups dari Eropa. Situs jejaring sosial khusus umat Muslim itu menawarkan tiga layanan. My Muxlim menjadi situs jejaring sosial yang menghubungkan umat Muslim di 190 negara.

Selain itu, situs ini juga menawarkan Search.Muxlim.com, yang berfungsi untuk melacak dan mencari situs Muslim serta seluruh web. Yang paling hebat, situs jejaring sosial ini menawarkan Quran.Muxlim.com. Dengan fasilitas itu, Anda bisa mendapatkan terjemahan Alquran dalam 25 bahasa.

Lalu, apa yang membuat anak Muda Muslim di Eropa dan Amerika Utara menggemari Muxlim? Shabana Ahmadzai (19) warga Finlandia keturunan Afghanistan mengaku sudah dua tahun bergabung menjadi anggota Muxlim. Menurut dia, membuat pertemanan dan gabung dalam sebuah grup di Muxlim lebih mudah ketimbang di Facebook.

"Kami semua berbagi ideologi yang sama meskipun kamu non-Muslim bahkan ateis sekalipun. Kenyataannya di Muxlim, Anda akan tertarik untuk mengetahui Islam dan mengetahui bagaimana Muslim itu,'' papar Shabana kepada Reuters di sebuah kafe di Helsinki, Finlandia.

Menurut pendiri Muxlim, Mohamed El-Fatatry (24), jumlah pengunjung situs jejaring sosial yang diciptakannya mampu mencapai 1,5 juta per bulan, naik pesat dibandingkan 18 bulan lalu yang hanya mencapai 100 ribu pengunjung.

"Jumlah pengunjung Muxlim hanya dua persen dari total populasi dunia online Muslim,'' papar El-Fatatry yang datang dari Uni Emirat Arab (UAE) ke Finlandia untuk belajar pada 2004. Di negara skandinavia itu, El-Fatatry justru meraih kesuksesan dengan situs pertemanan yang diciptakannya.
Menurut dia, Muxlim hidup dari iklan dan jualan konten yang dapat diunduh. El-Fatatry menargetkan akhir tahun ini, Muxlim akan menjadi situs jejaring sosial yang dikunjungi 10 juta pengguna setiap bulannya. Salah satu strateginya, Muxlim akan merambah negara-negara minoritas Muslim.

Kini, sekitar 60 persen pengguna Muxlim berasal dari Amerika Utara dan Eropa. Sekitar tiga persen anggota Muxlim adalah non-Muslim dan lebih dari separuh pecinta situs itu adalah kaum hawa. Situs ini pada 2007 mendapat suntikan dana sebesar 2 juta dolar AS dari perusahaan Rite Internet Ventures.

"Muxlim memiliki jumlah lalu lintas pengunjung yang bagus. Situs ini diapresiasi oleh penggunanya,'' ungkap Chief Executive Rite Internet Ventures--perusahaan berbendera Swedia--Christoffer Hagglund. Muxlim terus mengembangkan diri. Kini, perusahaan itu sedang mencari suntikan dana lebih besar agar mampu menjangkau seluruh komunitas Muslim.

Masyarakat Muslim dunia adalah pasar yang sangat menjanjikan. Pada 2007, JWT--sebuah agen periklanan--memperkirakan pendapatan tahunan umat Islam di AS mencapai 170 miliar dolar AS. Jumlah umat Islam di dunia mencapai 1,5 miliar jiwa. Sebuah pasar yang sangat menjanjikan. Akankah Muxlim mampu menyalip Facebook dan Friendster? (dakta)


www.muxlim.com

eh jangan lupa juga add gw
http://my.muxlim.com/Lukman_89